News Update :

DPC PNBK KABUPATEN BONE

Pengurus DPC PNBK Bone

Minggu, 19 Februari 2012

Penurus Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Bone Periode 2009-Sekarang
Ketua : Andi Akbar
Sekretaris ;Andi Aziz
bendahara  :Andi Junusia

Malu disebut sebagai Politisi

Jumat, 20 Januari 2012

Inilah potret seorang budayawan yang secara sadar ‘menjerumuskan diri’ dalam dunia politik. Pilhan itu didorong pemahamannya tentang suasana batin rakyat dan bangsanya. Kendati, dalam kondisi perilaku para politisi saat ini, Ketua Umum DPP Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) ini sesungguhnya merasa malu disebut sebagai politisi. Ia jauh lebih bangga disebut seorang budayawan.

Menurut pemenang lima besar (nominator) Mike Burke’s Award, BBC Documentary Competition 1979, ini seorang budayawan lebih memahami makna kehidupan dan suasana batin rakyat. Hal mana aspek kesenian dan kebudayaan membantu seseorang memahami makna kehidupan.

“Para politisi tidak tahu tentang hal itu sebab tidak pernah tahu bagimana menikmati sebuah lukisan, merdunya musik dan pertunjukan konser. Yang ada dalam pikiran mereka hanya kursi, kursi, dan kursi saja,” kata Erros Djarot, putera bangsa kelahiran Rangkasbitung, Banten, 22 Juli 1950, ini dalam percakapan dengan Yayat Suryatna dan Mangatur Lorielcide Paniroy dari TokohIndonesia DotCom, Jumat 15 Agustus 2003 di Kantor DPP PNBK, Jalan Penjernihan I/56, Jakarta.

Menurut mantan Pemimpin Redaksi Tabloid Detik, ini politik itu sebenarnya sebagai kanal alat penerjemahan kehendak kebudayaan bangsa. “Politik adalah salah satu komponen demokrasi, tetapi bukan sebagai segala-galanya. Tetapi kalau kita sendiri tidak bisa mengidentifikasi kehendak kebudayaan bangsa, maka bangsa ini tidak akan pernah sampai pada tujuannnya. Itulah kesalahan para politisi kita yang gagal dalam membawa bangsa ini, karena tidak mengerti kehendak kebudayaan bangsa kita, yang sesungguhnya sudah tercermin di dalam Pembukaan UUD 45. Itulah kehendak kebudayaan bangsa.”

Baginya seorang politisi (pemimpin politik) harus memahami suasasa batin rakyat dan bangsanya. Sebab bagaimana ia bisa memimpin rakyat dan bangsanya, jika tidak mengenal bahasa rakyatnya, tidak mengenal mimpi bangsanya.

Keputusannya membentuk partai baru pun didorong keyakinan bahwa dengan partai yang sesuai kehendak rakyatlah, maka bangsa Indonesia akan maju. Sementara itu, menurutnya, partai besar yang ada saat ini terlalu sibuk mengurusi diriya sendiri sehingga lupa dengan tugasnya untuk memperhatikan suara rakyat, dan membuat keputusan untuk mengakhiri penderitaan sebagian besar rakyat Indonesia.

Ketika Rezim Orde Baru masih tegak berdiri, Erros Djarot dikenal sebagai salah satu konseptor berdirinya PDI-Perjuangan. Ia dikenal dekat dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Bahkan, sempat menjadi penulis naskah pidato Megawati. Namun, kedekatan itu tidak berlangsung lama. Ketika Megawati terpilih menjadi Wakil Presiden RI, Erros termasuk yang gencar menyuarakan agar jabatan rangkap antara pimpinan partai dan pemimpin negara dipisahkan.

Kongkritnya, lelaki berkumis tebal itu meminta Mega melepaskan jabatannya dari ketua umum partai. Tampaknya, itu adalah pemicu keretakan dua tokoh tersebut. Akhirnya, Erros mundur dari partai berlambang banteng gemuk dan kemudian mendirikan partai baru yaitu Partai Nasionalis Bung Karno (PNBK) kini menjadi Partai Nasional Banteng Kemerdekaan, juga dengan akronim PNBK.

Namanya sebagai budayawan mulai melambung ketika menciptakan karya musik monumental “Badai Pasti Berlalu”. Lagu tersebut merupakan soundtrack untuk film yang berjudul sama pada awal tahun 1970-an. Tahun 80-an, kembali namanya mencuat setelah berhasil menjadi sutradara film Cut Nya Dien yang juga monumental. Film itu konon menjadi film Indonesia termahal pada zamannya dan sekaligus proyek idealis Erros. Fil ini telah mengantarkan Indonesia untuk pertama kali berkibar di di Festifal Film Cannes, Perancis, sebuah festifal film internasional paling bergengsi.

Sukses di dunia musik dan film tidak lantas membuat adik dari aktor Slamet Rahardjo Djarot itu tetap di dunia entertainmen. Tahun 1990-an, ia malah memasuki dunia jurnalistik dengan menerbitkan Tabloid Detik. Tabloid ini pun menjadi fenomenal dan merupakan bacaan alternatif yang menyegarkan sekaligus mencerdaskan. Tapi akhirnya, tanggal 24 Juni 1994, tabloid yang kerap menyuarakan kritik kepada rezim Orde Baru itu dibredel.

Ketika nama Megawati memasuki kancah politik nasional, ternyata Erros ada di lingkaran elite Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada saat terjadi konflik antara Megawati dengan Soerjadi, Erros memilih berada di belakang Mega hingga akhirnya lahirlah partai baru PDI-Perjuangan dengan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Pada Pemilu 1999, PDI-P berhasil meraih suara terbanyak. Mega pun duduk di kursi wakil presiden dan kemudian menjadi presiden. Bagaimana dengan Erros? Ternyata ia malah meninggalkan partai berlambang banteng gemuk itu.

Perpisahannya dengan PDI-P dikarenakan telah terjadinya perbedaan ideologis, politis, dan moral. Namun, ia enggan mengungkapkan itu lebih jauh. Ia lebih senang berbicara tentang masa depan dan strategi yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pada tanggal 25 Juli 2002, Erros Djarot mendirikan partai baru bernama Partai Nasionalis Bung Karno (PNBK). Setelah munculnya undang-undang yang melarang penggunaan nama dan gambar orang sebagai nama dan gambar partai. PNBK pun kemudian bermetamorfosis menjadi Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK).

Bagi banyak orang, nama Erros Djarot lebih dikenal sebagai budayawan ketimbang sebagai politisi. Karya-karya budayanya banyak beredar dan mudah diapresiasi masyarakat. Walaupun sebenarnya sejak duduk di bangku sekolah ia sudah aktif dalam dunia politik sebagai kader ‘barisan Banteng’ selaku fungsionaris GSNI di Kota Yogya. Aktifitasnya di GSNI ini tampaknya memiliki andil besar menjadikannya seorang nasionalis-humanis.

Pada tahun 1970 ia melanjutkan studinya ke Sekolah Teknik Tinggi Koln, Jerman. Kemudian ia juga belajar di sekolah perfilman di Inggris. Selama 11 tahun ia berada di luar negeri yang membuatnya akrab dengan pergerakan internasional.

Ketika berangkat ke luar negeri, ia mengaku tidak memiliki dan tidak dibekali modal. Uang yang dipunyainya hanya 12 dollar. Namun, karena bekerja keras dan memiliki kemauan untuk maju, maka ia tetap bisa bertahan hidup dan kembali ke tanah air dengan banyak bekal ilmu dan pengalaman.

Ketika kembali ke Indonesia, Erros mulai tertarik terjun ke dunia politik praktis. Tahun 1983 ia mendirikan Litbang Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Tahun 1988 ia sempat menonaktifkan diri dari politik praktis. Baru pada tahun 1993 kembali aktif ke panggung politik ketika Megawati Soekarnoputri dicalonkan sebagai Ketua Umum PDI menggantikan Soerjadi. Sebelumnya, tahun 1983-1986, Erros sempat menjadi dosen di Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas 17 Agustus.

Setelah tabloid Detik dibredel tahun 1994, Erros ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Di penghujung era Orde Baru dan awal era reformasi ia juga turut mendirikan LSM yang sering melakukan kritik terhadap pemerintah seperti Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) dan ICW (Indonesian Corruption Watch).

Malu jadi Politisi
Walaupun kini telah menjadi orang partai, namun kadang-kadang ia merasa malu dengan predikat politisi itu. “Saya kadang-kadang ngga suka dengan partai, dalam pengertian yang hari ini. Saya dipanggil politisi, aduh itu rasanya rendah sekali ya, lebih bagus disebut budayawan, itu saya bisa bangga. Karena politisi kelakuannya rusak, siapa yang tidak malu jadi politisi? Tetapi ini tugas yang harus saya jalankan,” katanya.

Lalu ia bertekad harus mengubah itu. Bagaimana caranya? Antara lain, ketika seorang politisi mendapat tugas dari negara, ia harus berubah dari seorang politisi menjadi seorang negarawan. Jangan lembaga kenegaraan direduksi oleh orang-orang politik dengan sikap sempit dan membangun oligargi partai, itu berbahaya.

Jika suatu hari nanti, misalnya, semua orang memilih PNBK dan Erros harus menjadi Presiden Indonesia, ia hanya akan menjalaninya sekali saja. Setelah pensiun akan membuat film lagi, membuat musik, dan menggelar konser. Sehingga ada perasaan yang menyenangkan yaitu menjadi berguna bagi orang lain.

Memasuki dunia politik ternyata tidak berarti Erros meninggalkan yang lain, seperti kegiatan kebudayaan. Baginya, aspek kesenian dan kebudayaan sangat membantu dalam memahami makna kehidupan. Kegiatannya sebagai seniman dan budayawan masih terus berjalan, masih mengarang lagu, menulis cerpen, menulis skenario, walaupun hanya untuk dinikmati sendiri. Semua kegiatan kebudayaan itu membuatnya tidak pernah merasa sepi. Sampai-sampai waktu seminggu itu kurang baginya.

Baginya kebudayaanlah yang membuat seorang manusia lebih mengenali dirinya, mengenal apa yang di luar dirinya, dan untuk semakin memperkuat jati diri. Ia akan terus melakukan ini sampai mati, karena itu ia merasakan kebudayaan sebagai anugerah yang luar bisa dari Tuhan.

Selain sibuk di partai, Erros merupakan orang yang suka bergaul dengan berbagai kalangan termasuk LSM. Ia juga suka merancang bisnis, tetapi mengaku tidak bisa menjadi direktur utama. Jabatan yang rasanya lebih pas adalah komisaris. Sebab, ia melihat dirinya itu tidak berbakat karena tidak bisa menipu. Padahal, menurut pengamatannya, seorang bisnisman harus bisa menjilat pejabat, bisa berbohong, bisa membohongi pajak dan menutupi banyak hal. Banyak temannya yang datang meminta konsultasi bisnis, ya diberikan tanpa biaya dan tarif. Hikmahnya adalah sekarang bisa buat partai.

Ia juga banyak melakukan kegiatan sosial seperti berkunjung ke pesantren. Pengalaman yang menarik adalah ketika bertemu para Kiai dan mengobrol. Tiba-tiba kiai itu memintanya menjadi sesepuh pesantren di Cirebon, padahal ia tidak mengerti banyak tentang dunia pesantren. Di samping itu, ia juga tidak memberi sumbangan uang kepada pesantren tersebut. Namun, karena kiai itu senang dengan karya-karya tulisannya, maka hubungan mereka pun menjadi dekat. Kegiatan lain yang masih dilakukan adalah menjalin komunikasi dengan rekan-rekan perfilman nasional.

Erros juga mengaku masih memiliki banyak impian yang belum tercapai. Terlalu banyak yang belum dicapai dalam merampungkan mimpi-mimpinya. Ia juga menganggap jabatan yang disandangnya saat ini hanya sementara.

“Bagi saya tidak pentinglah jabatan-jabatan ini semua. Pada saatnya ketika sebelum mati, saya tidak mau membayangkan dosa-dosa saya kepada rakyat. Kalau saya mati, saya telah mengerjakan pekerjaan saya yang belum selesai. Saya tak mau meninggalkan hutang, apalagi hutang kepada rakyat. Kalau saya dipanggil saya mau istirahat dengan damai. Tetapi selama saya hidup saya akan bekerja,” urainya.

Bekerja Keras dan keluarga
Ia memang dikenal sebagai seorang yang punya kemauan bekerja keras. Erros mengaku telah banyak pekerjaan yang dilakoninya, termasuk kerja kuli. “Saya pernah jadi kuli bangunan, pedagang di jalan, bahkan jadi kondektur,” katanya tanpa malu mengakui pekerjaan kasar itu. Dengan pekerjaan seperti itulah ia bisa memahami dan mendalami perasaan rakyat saat ini.

Erros mengaku sedih dan tidak begitu suka jika melihat pemuda-pemuda yang hanya mengandalkan uluran tangan dari orangtuanya. Sikap tersebut menurutnya ikut andil dalam menyuburkan korupsi. Sebab, orang tua akhirnya harus mencari pendapatan tambahan untuk menyenangkan hati anaknya. Maka, “jika bertemu pemuda-pemuda cengeng, ingin saya tempeleng rasanya,” katanya geram. Ia menunjukkan, kalau dirinya bisa bekerja keras, maka pasti siapapun juga bisa. Sekarang beranikah untuk tidak meminta-minta dan menanggung risiko hidup sendiri?

Menurut Erros, bekerja keras itu adalah proses untuk menjadi seorang pemimpin. Sebab orang yang tidak pernah mengalami penderitaan tidak akan pernah empati terhadap penderitaan. “Kita bisa maklumi kalau sekarang ini, banyak orang yang tidak mempuyai empati karena dulunya berasal dari status keluarga yang terhormat, sehingga tidak sempat berinteraksi langsung dengan rakyat dan tidak sempat mengadopsi penderitaan rakyat. Kecuali pendekatan yang sifatnya agak romantis,” ujarnya.

Peran isteri dan anak juga sangat penting. Diakuinya, isterilah yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Dituturkannya, sang isteri percaya kepadanya, mendorong perjuangan dan kiprahnya, serta mampu menjadi kawan hidup. “Dia teman saya berbicara, dia juga seorang yang bisa hidup dalam dunia politik.” Istri Erros adalah seorang Doktor di bidang hukum, yang ketika muda dulu adalah juga orang pergerakan. Jika Erros aktif di Jerman, istrinya aktif di Prancis. Keduanya bertemu di luar negeri sebagai sesama aktivis.

Agar sang istri memahami kehidupan rakyat secara utuh, tak segan-segan Erros menyuruhnya naik biskota, berdesakan dan bergelantungan di dalam biskota. Semua itu, menurutnya, agar meresapi penderitaan rakyat dan bukan sekadar tahu dari membaca di berbagai media massa.

Hingga saat ini Erros mengaku kadang-kadang masih suka naik biskota. Apakah istrinya menolak? Ternyata tidak. Semua itu adalah bagian dari proses pendewasaan diri dan pengenalan lingkungan secara utuh. Malah, menurutnya, sang istri sempat berkomentar negatif ketika suatu saat dirinya membelikan hadiah seperangkat baju dan parfum seharga 3 juta rupiah. Namun, istrinya tidak menerima hadiah itu dan berkomentar, “Kamu ini seperti orang gila saja. Yang seperti ini di pasar bisa dapat dengan harga 75 ribu, kenapa sih buang-buang uang untuk seperti ini?”

Erros mengaku sangat beruntung mendapatkan istri seperti itu. Selain itu, sang istri pun tidak pernah meminta dirinya untuk membelikan mobil Mercy, namun cukup Kijang. Istrinya pun, sebagai bekas aktivis, memahami kehidupan orang partai yang harus bekerja hingga malam dan bahkan tidak pulang. Tidak ada kecurigaan pada dirinya terhadap hal-hal yang sifatnya sentimentil. “Dia paham betul kalau saya itu banyak bergadang. Bahkan ketika pertama dia hamil, saya sedang mengetik untuk majalah Eropa, bisa sampai jam 3 pagi, jadi sudah terbiasa suasana gerakan. Itulah yang saya bisa simpulkan, yaitu tidak ada sukses seorang suami itu yang tidak didukung oleh isteri dan anak-anaknya.”

Dukungan seperti itu membuatnya menjadi tegar. Anak-anak pun sudah memahami peran dan pekerjaan orangtuanya. “Bagi saya keluarga itu tonggak di dalam seluruh perjalanan hidup dan karir saya. Kalau keluarga saya tidak membantu, tidak mungkin saya dapat setegar ini. Jadi peran keluarga sangat penting dalam menentukan karakter kepemimpinan saya. Karakter saya sebagai manusia dan karakter saya dalam menjalankan hidup seterusnya.”

Calon Presiden
Sebagai pimpinan partai ia menyatakan juga harus siap menerima amanah jadi presiden. “Jika partai saya menang untuk menjadi presiden, jangan pernah tidak siap menjadi presiden, tetapi jangan juga menjadi berambisi. Hanya tinggal diberi us semua bisa jadi hancur yaitu ambisius, makanya yang aman saja,” jelasnya.

Kalau sejarah menentukan dirinya harus menjadi presiden, maka ia akan jadi bapaknya orang Indonesia. Dan untuk itu harus keluar dari partai yang dibuatnya. Sebab kalau tidak akan menjadi penyakit lagi. Namun, tentu tidak semua orang PNBK akan menjadi elite penguasa republik. Kalau PNBK berbuat seperti itu, menurutnya, akan hancur negeri ini. Pertimbangannya adalah kualitas PNBK sendiri yang belum sejauh itu.

Ia akan mengambil pembantu yang terbaik. Tetapi jika memilih menteri, ia akan katakan, “Jika kamu memasuki pintu ini, tinggalkan baju kelompokmu, kalau tidak bisa, jangan. Sebab jika aku tahu kamu adalah begitu (korupsi atau mementingkan kelompok), anak-isterimu aku tanggung, sedangkan kamu ke Nusakambangan. Sikap keras harus ditunjukan, kalau tidak, tidak bakalan jalan republik ini.”

Namun, ketika menjadi persiden pun tidak mudah. Tidak bisa macam-macam. Menjadi seorang persiden harus mau bekerja sosial berbaur dengan rakyat kecil. Contohnya membantu anak-nak berprestasi ajak jalan-jalan ke Eropa, lalu dekat dengan anak-anak yatim piatu, mengajak bersama-sama makan dengan mereka. Soal dana pasti ada. Mengunjungi pesantren-pesantren yang perlu dibangun.

Ia juga akan menggunakan teknologi canggih untuk memonitor kinerja menterinya. Itu baru namanya presiden, tapi kalau hanya presiden-presidenan lain ceritanya. “I want to be a real presiden in a real nation”. Bukan seorang presiden yang takutnya sama mahasiswa, takut dikiritik. Mahasiswa dianggap musuh. Beraninya dengan mahasiswa, tetapi untuk menangkapi konglomrerat yang bermasalah, para penjahat politik, penjahat ekonomi, tidak pernah ada solusi. Begitu mahasiswa yang salah, ditangkapnya cepat sekali dan cepat diadili.

Untuk itu ia hanya mau menjadi presiden rakyat, bukan menjadi presiden yang kerjanya hanya hanya duduk di istana.

Erros, meskipun memahami tugas sebagai presiden, namun ia mengaku agak malas jika ditanya punya keinginan menjadi presiden. Sebab orang yang punya keinginan untuk menjadi presiden RI itu pasti mengidap suatu penyakit. Coba bayangkan dengan 42 juta pengangguran, percepatan lapangan kerja lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pengangguran. Ini masalah yang sangat kompleks. Belum lagi institusi-institusi negara yang tidak karuan.

Jadi kalau ada orang yang masih mau jadi presiden berarti orang sakit, karena tidak mengerti masalah. “Makanya saya katakan jika ini amanah saya akan jalankan, orang tidak pernah mengerti juga. Karena kalau sudah ambisius dan punya keinginan yang besar mau jadi presiden pasti akan melakukan segala cara. Itulah yang saya hindarkan.”

Suasana Batin Rakyat
Ia merupakan seorang ketua umum partai yang sering berkunjung ke kecamatan-kecamatan bukan di hotel-hotel. Ia juga sering berjalan-jalan di malam hari berbicara dengan rakyat, pagi-pagi sering mengobrol dengan ibu-ibu di pasar. Hal itu menguatkan visinya akan perjuangan partai.

Erros menyadari bahwa partai politik merupakan media persiapan pemimpin nasional. Maka, sebaiknya seorang pemimpin partai terlebih dahulu harus memahami visi dan misi bangsa. Seperti apakah yang diinginkan oleh para pendiri republik ini? Seharusnya juga seorang pemimpin itu harus mampu menerjemahkan hal itu ke dalam visi dan misi partainya, serta harus memahami betul konteks hari ini. “National and Character Building” yang seperti apa bangsa ini atau sifat jiwa, roh dan tubuh bangsa ini akan seperti apa.

Saat ini, menurutnya, seluruh bangsa Indonesia merasakan adanya suatu situasi yang tidak sinkron antara apa yang dikerjakan dan dilakukan oleh para pendiri Republik dengan realita sekarang. Salah satu penyebab kegagalan itu, menurutnya, karena selama ini para elite politik senantiasa menjadi pusat perhatian, sedangkan keberadaan rakyat dinomorduakan.

Jika visinya adalah membawa Indonesia mencapai Indonesia Raya, maka misinya adalah bagaimana mengembangkan masyarakat Marhaenis dengan langkah awalnya membebaskan masyarakat kaum Marhaen dari statusnya yang sekarang yaitu terpinggirkan. Yang dimaksud rakyat Marhaen adalah kaum dhuafa atau masyarakat lapisan bawah dalam pandangan luas.

Erros mengaku prihatin dan sedih melihat ulah elite politik saat ini. Sementara rakyat masih dalam kondisi yang serba sulit dan gamang dalam mengahdapi masa depan, harga-harga melambung naik, biaya pendidikan menjadi selangit, namun para pemimpin bukannya memberikan arahan yang jelas atau sebuah enligment kepada rakyat, malah hanya sibuk untuk meperebutkan bangku nomor satu negara ini. Ia bertanya, apakah kelakuan yang seperti ini secara moral dibenarkan.

Elite politik terlalu fokus perhatiannya pada Pemilu. Pemilu itu adalah satu momentum di mana suara rakyat diarahkan ke sebuah pilihan. Menurutnya, selama ini kita berorientasi kepada titik itu, bukan kepada prosesnya, pemungutannya dan pasca pemilu. Ini berarti kemenangan partai tidak diimbangi dengan pemberdayaan konstituennya. Partai yang seperti ini hanya akan menjadi partai bagi pengurusnya saja. Artinya fungsi partai sebagai wadah aspirasi politik rakyat, sebagai lembaga pendidikan politik rakyat terbentur oleh kepentingan pengurusnya.

Melihat kondisi itu, Erros dengan PNBK tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Ia menyiapkan langkah konkrit yang akan dilakukannya di masa depan. Dimulai dengan menata infrastruktur partai sebagai sebuah instrumen partai politik. Kemudian menata sistem, karena sistem yang memungkinkan partai itu dibangun dengan sebuah kerangka dasar yang kuat.

Di PNBK setiap orang yang ingin masuk menjadi anggota DPRD harus membuat kontrak dalam bentuk tertulis di atas materai. Kontrak politik itu berisi tentang perjanjian bahwa setiap anggota DPRD dari PNBK wajib untuk setiap bulan memberikan laporan pertanggungjawaban tertulis kepada publik atau konstituennya. Jika dalam 2 kali kesempatan tidak melakukan hal tersebut anggota DPRD yang bersangkutan akan ditegur keras dan yang ketiga kali maka ia akan di-recall.

Karena PNBK adalah partainya rakyat, sehingga harus ada jalan bagaimana rakyat mempunyai akses ke partai, baik secara formal maupun informal. Yang formal dilakukan kaderisasi dari institusi ke bawah. Sedangkan yang informal melalui pemberian pemahaman kepada seluruh fungsionaris untuk melakukan sosialisasi ke tingkat bawah. PNBK saat ini sudah ada di 27 propinsi. Erros percaya 1/3 dari partai besar belum tentu menang melawan PNBK. 
(dpc-PNBK Kabupaten Bone)

Potret Politik Seorang Budayawan

Potret Politik Seorang Budayawan
Erros Djarot
Pekerjaan Utama:
Ketua Umum DPP PNBK (Partai Nasional Banteng Kemerdekaan)
Nama:
Erros Djarot
Lahir:
Rangkasbitung, Banten, 22 Juli 1950
Jabatan:
Ketua Umum DPP PNBK (Partai Nasional Banteng Kemerdekaan)
Agama:
Islam
Pendidikan:
  • Sekolah Teknik Tinggi KOln, Jerman (Tahun 1970)
  • Sekolah Perfilman, Inggris
Profesi:
Budayawan dan Politisi
Prestasi:
  • Pemenang “bronze Medal” mewakili Inggris Raya dalam Lomba Photo Internasional Competition, Nikkon, 1978;
  • Nominator Mike Burke's Award, BBC documentary Competition, 1979.
  • Pencita lagu “Badai Pasti Berlalu"
  • Sutradara Film “Cut Nyak Dhien
Karir Bidang Perss:
Pendiri Tabloid politik 'Detik' (dibredel Rezim Soeharto 21 Juni 1994)
Organisasi :
  • Pendiri dan Ketua Umum Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK)
  • Pendiri dan Ketua Umum Partai Nasionalis Bung Karno (PNBK) (25 Juli 2002)
  • Fungsionaris Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
  • Pendiri LITBANG Partai Demokrasi Indonesia (PDI) ( tahun 1983)
  • Anggota Dewan Etik Indonesian Corruption Watch (ICW)
  • Pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras)
  • Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
  • Kader “barisan Banteng" sebagai fungsionaris Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) Yogyakarta
Alamat Kantor:
Jl. Penjernihan I/50
Telp; 5739550-51
Pusat Data Tokoh Indonesia

Alamat DPC PNBK Kabupaten Bone

Dewan Pimpinan Cabang Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia

Ketua DPC Kabupaten Bone : A. Akbar

Kantor DPC

Alamat    : Jl. Jend. A. Yani No.47/A Watampone Kabupaten Bone
Telp         : .....
Email     : dpcpnbkbone@yahoo.com
Website : www.dpcpnbkbone.blogspot.com

Alamat DPP PNBK Indonesia Pusat

Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia


Ketua Umum : Erros Djarot
Sekretaris Jendral : Zulfan Lindan
Kantor DPP
Alamat : Jl. Penjernihan I No.50
Jakarta 10210
Telp : 021-5739550/51
Fax  : 021-5739519

Visi dan Misi

Visi
  1. Memberdayakan mayoritas rakyat dan institusi kerakyatan diseluruh sektor kehidupan baik di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya guna meningkatkan  kualitas hidup rakyat Indonesia.
  2. Menggalang dan menghimpun seluruh kekuatan rakyat dalam upaya menyelesaikan tahapan-tahapan revolusi Indonesia yang belum selesai.
  3. Menjadikan marhaenisme sebagai teori perjuangan sekaligus sebagai antitesis dari feodalisme, neoimperialisme.
  4. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis, bebas dari KKN.
  5. Berperan aktif dalam menciptakan tata dunia baru yang berkeadilan berdasarkan asas kemitraan, kesetaraan, dan kebersamaan serta saling menguntungkan.
  6. Memperjuangkan secara khusus peningkatan kualitas sumber daya perempuan.
  7. Berperan aktif melestarikan alam dan lingkungan hidup demi kesejahteraan serta keselamatan bumi dan manusia.
  8. Memperjuangkan kemenangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya rakyat Indonesia.
  9. Menjabarkan manifesto politik PNBK Indonesia dalam setiap kerja organisasi politik kepartaian.
  10. Memperjuangkan kemenangan PNBKI pada Pemilu 2009.

Mengenal P N B K INDONESIA (Partai Nasional Benteng Kerakyatan) INDONESIA

1. Apa nama partai kita?
Lengkapnya, “Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia”, sebutan singkatnya, “PNBK INDONESIA”
2. Dulu bernama ’Partai Nasional Banteng Kemerdekan-- PNBK’ sekarang mengapa menggunakan nama Partai Nasional Benteng Kerakyatan INDONESIA – PNBK INDONESIA?
Pada Pemilu 2004, memang kita masih muncul dengan nama Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK).
PNBK sendiri pada awal berdirinya bernama Partai Nasionalis Bung Karno. Dideklarasikan pada tanggal 27 Juli 2002, di Jakarta.
Selanjutnya menurut ketentuan Undang – Undang No. 31 tahun 2002, pada bab X pasal 4 ayat (d), melarang setiap partai politik “menggunakan nama dan gambar seseorang.... ‘Bung Karno’. Itu lah sebabnya Partai Nasionalis Bung Karno terpaksa merubah nama menjadi Partai Nasional Banteng Kemerdekaan.

Mengapa mengubah nama lagi menjadi PNBK INDONESIA? karena PNBK tidak lolos Electoral threshold (3% perolehan suara secara nasional). Undang – Undang Pemilu No. 12 tahun 2003, mengharuskan partai yang tidak lolos harus bergabung dengan partai lain atau merubah nama dan mendaftarkan kembali untuk memperoleh badan hukum sebagai partai politik baru. Karenanya dari PNBK berubah menjadi PNBK INDONESIA semata-mata memenuhi ketentuan Undang-Undang.
Keputusan perubahan nama / pemilihan nama tersebut di atas merupakan pelaksanaan dari amanat kongres II PNBK.
3. Mengapa PNBK INDONESIA masih dihadirkan sebagai peserta Pemilu 2009?
Utamanya didesak oleh situasi dan kondisi negara dan bangsa Indonesia yang memprihatinkan dimana partai-partai besar yang diharapkan mampu mengeluarkan Indonesia dari belenggu krisis malah menjadi bagian dari sumber masalah. – bukan solusi!
Ancaman disintergrasi bangsa; terpecah belahnya persatuan rakyat dan kesatuan gerak rakyat Indonesia; terancamnya nilai – nilai luhur Pancasila dan semangat cita – cita Proklamasi 17 Agustus ’45 maupun kecemasan terhadap realita bahwa bangsa Indonesia yang nyaris menjadi bangsa kuli di antara bangsa – bangsa (natie van de koeli)—merupakan sejumlah alasan yang membuat tekad menghadirkan PNBK INDONESIA harus ada dan tetap ada!
4. Di tangan siapa kedaulatan PNBK INDONESIA?
Kedaulatan Partai ada di tangan anggota, dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Kongres.
5. Apa watak PNBK INDONESIA?
Watak dari PNBK INDONESIA adalah Partai yang berwatak kerakyatan.
6. Lambang apa yang digunakan partai PNBK INDONESIA?
Banteng hitam yang menyeruduk dari arah kiri ke arah kanan berlatar belakang sinar fajar berwarna merah berjumlah 45 (empat puluh lima – cita-cita 17 Agustus ‘45) --yang mengandung arti sebagai sumber kekuatan, daya dan tenaga. Sementara garis merah putih di sisi kiri yang menjadi sandaran gambar inti adalah simbol kesetiaan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
7. Mengapa memilih Banteng (ketaton) hitam yang menyeruduk dari arah kiri ke arah kanan?
Banteng adalah simbol kebangsaan. Warna hitam adalah lambang keteguhan hati - kerakyatan. Banteng ketaton (terluka) berwarna hitam adalah simbol dari rakyat bangsa kita yang begitu terluka dan sering dilukai oleh musuh – musuh rakyat. Mendengus dalam posisi menanduk ke kanan adalah simbol kebangkitan dan perlawanan rakyat yang progresif revolusioner dalam mengganyang kaum penjajah dan penindas rakyat Marhaen.
8. Apa Visi partai PNBK INDONESIA?
Mempersembahkan pada bangsa ini sebuah Indonesia Raya yang membanggakan! I
Indonesia Raya yang membanggakan adalah sebuah Indonesia yang merdeka penuh; dalam pengertian telah sepenuhnya BERDAULAT di bidang politik- BERDIKARI di bidang ekonomi dan BERKEPRIBADIAN di bidang kebudayaan. Ciri utamanya ditandai dengan kehidupan rakyatnya yang adil, makmur materiil dan sprirituil, maju, berbudaya, bermartabat serta terhormat di antara bangsa – bangsa di dunia. Hadir sebagai sebuah bangsa yang cinta perdamaian, namun terlebih lagi cinta kemerdekaan!
9. Apa Misi Partai PNBK INDONESIA?
Misi utamanya adalah Mengembalikan dan Menegakan Harga Diri Bangsa.
Strategi dan jalan yang ditempuh untuk melaksanakan misi ini melalui kerja politik --membebaskan seluruh rakyat Marhaen dari segala dan berbagai bentuk penindasan, penghisapan dan penjajahan yang dilakukan oleh musuh – musuh rakyat Marhaen (neo-kolonialisme, neo-imperialisme, dan neo-feodalisme). Selanjutnya membangun persaudaraan segenap rakyat Indoneisa serta menggunakan persaudaraan segenap rakyat Indonesia untuk kemakmuran bersama dengan semangat gotong royong dan kebersamaan sebagai sesama warga bangsa dalam sistem yang adil, berperikemanusiaan dan berketuhanan.
10. Apa Azas partai PNBK INDONESIA?
PNBK INDONESIA berazaskan Nasionalisme Indonesia ajaran Bung Karno yang bersumber pada nilai – nilai Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Sementara Marhaenisme menjadi azas perjuangan partai (teori perjuangan).
11. Yang seperti apakah Nasionalisme Indonesia itu?
Ada berbagai teori dan pandangan dasar tentang Kebangsaan, misalnya terbangunnya Nasionalisme karena adanya ‘kehendak untuk bersatu’ (Ernest Renan), atau nasionalisme karena adanya persatuan watak karena kesamaan nasib (Otto Bauer). Sementara menurut Bung Karno,bukanlah semata-mata itu! Juga Nasionalisme Indonesia bukan seperti nasionalismenya bangsa Jepang yang ekspansionis – gemar menjajah (seperti pada perang dunia ke II). Tidak juga seperti nasionalismenya bangsa Jerman yang ekspansionis-chauvinis (merasa bangsa paling hebat dan benar sendiri – Deutchsland Ueber Alles!).
Nasionalisme Indonesia adalah Nasionalisme yang lahir dari tekad dan semangat Rakyat Indonesia di seluruh bumi nusantara untuk dapat bebas dan merdeka hidup sebagai bangsa yang berdaulat sepenuhnya.
Jadi, Nasionalismenya Indonesia adalah paham kebangsaan yang tidak dapat dipisahkan dari semangat dan tekad anti penghisapan, penindasan dan penjajahan; baik antar manusia, kelompok maupun antar bangsa.
Oleh karenanya, Nasionalisme Indonesia adalah Nasionalisme pembebasan yang berwatak Kerakyatan dan berwajah Kemanusiaan yang ber-Ketuhanan.
12. Siapa yang dimaksud dengan Kaum Nasionalis?
Kaum Nasionalis pada era Orde Baru (Orba) = Orde Soeharto dipersempit pemahamannya. Melalui design politik Orba kaum nasionalis dikondisikan seolah hanya mereka yang tergabung dalam kubu partainya kelompok ‘nasionalis’ – yakni Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Desain politik ini dilakukan melalui rekayasa politik fusi (penggabungan secara paksa) dimana PDI terdiri gabungan lima kelompok organisasi politik yaitu : PNI, Murba, IPKI, Parkindo dan Partai Katholik. Dengan demikian terciptalah pemahaman bahwa kaum nasionalis adalah mereka yang non agamis. Sementara non agamis yang dimaksud adalah yang di luar kelompok partai-partai berbasis Islam. Karena yang agamis (Islam) semuanya bergabung dalam Partai Persatuan Pembangunan --PPP).
Sementara GOLKAR – nasionalis bunglon, merupakan partai penguasa yang sah menamakan dirinya apa saja selama menguntungkan mereka dan efektif melakukan politik deSoekarnoisasi.
13. Lantas, apa yang membedakan Kaum Nasionalis menurut ajaran Bung Karno dengan Kaum Nasionalis versi Orde Baru ?
Kaum Nasionalis menurut ajara Bung Karno menetapkan Nasionalisme sebagai wahana perjuangan dan kejuangan menjadikan NKRI sebagai sebuah bangsa dan negara sebagaimana cita-cita kemerdekaan. Melalui Trisila, Trisakti dan teori/ azas perjuangan Marhaenisme, cita-cita kemerdekaan menuju masyarakat sosialisme Indonesia, harus di wujudkan.
Sementara nasionalis versi rezim Orde Baru adalah Nasionalisme yang menghalalkan terjadinya penindasan dan penggebirian terhadap hak-hak rakyat.
Dalam Nasionalisme Bung Karno; kecintaan akan persatuan bangsa dan kesatuan negara lahir dan berkembang dari kesadaran dan kehendak rakyatnya; sebaliknya pada rezim Orde Baru, persatuan dan kesatuan dilakukan lewat paksaan, kekerasan dan penjarahan melaluai cara-cara yang otoriter, militeristik dan menindas rakyat demi pelanggengan kekuasaan rezim Orde Baru.

Ia pun lebih bersifat manipulatif terhadap simbol-simbol Nasionalisme – semuanya demi kepentingan kelompok tertentu; dalam hal ini semata demi kepentingan kekuasaannya, sehingga terkesan bahwa Nasionalisme hanya milik kelompok yang bersimbol ”Banteng” saja. Hal ini telah menjadi wacana publik yang dipahami umum hingga sekarang. Itulah sebabnya Nasionalisme menjadi tidak tumbuh dan berkembang sebagai faktor perekat dan alas persatuan maupun kekuatan inti bangsa ini.
14. Lebih jelasnya lagi?
Nasionalisme pada era Orde Baru telah di selewengkan hingga hanya menjadi bagian dari alat politik untuk melanggengkan kekuasaan rezim Orde Baru semata. Nasionalisme hanya digunakan sebagai alat legitimasi ( yang men-sah-kan ) negara, dalam hal ini pemerintah – penguasa Orde Baru -, untuk memberangus hak-hak politik, ekonomi, sosial dan budaya rakyat. Contoh sederhananya; atas nama `demi kepentingan negara `tanah rakyat digusur, hutan rakyat di rampok, kebebasan berserikat dirampas, demokrasi dibunuh...dst. hukum dan alat negara di jadikan abdi kekuasaan, rakyat di-intimidasi, dihantui rasa takut dan bahkan di rampas nyawanya. Untuk kepentingan siapa? Dalam kenyataan, terbukti hanya untuk kepentingan kekuasaan maupun penguasa Orde Baru dan kroni-kroninya.

Itulah sebabnya, rakyat utamanya di daerah, sekarang ini banyak yang cenderung tak suka dengan istilah NKRI. Karena pada era rezim Orde Baru, hasrat hidup bersama sebagai komunitas ( Masyarakat ) bangsa yang progresif revolusioner, secara sistemik sengaja dipunahkan. Itulah ancaman terbesar terhadap Nasionalisme-nya Bung Karno.
15. Menurut PNBK INDONESIA, Marhaenisme itu bagaimanakah rumusan umumnya (normatif)?
Segala yang dituliskan, diucapkan dan dikerjakan oleh Bung Karno dalam kapasitasnya sebagai Ideolog, Politikus dan Negarawan, dirumuskan sebagai satu kesatuan ajaran yang dinamakan Marhaenisme. Sebuah ajaran yang bertujuan mengantar rakyat Indonesia menjadi sebuah bangsa yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan; di mana Pancasila diletakan sebagai pandangan hidup (Falsafah) kehidupan rakyat bangsanya, dalam mewujudkan cita-cita sosialisme Indonesia.
16. Lalu, apa yang dimaksud dengan Rakyat Marhaen?
Rakyat Marhaen adalah; rakyat dan warga bangsa Indonesia yang miskin dan dimiskinkan oleh sistem yang menindas, menghisap dan menghancurkan potensi-potensi rakyat untuk mengembangkan diri dan usahanya. Rakyat Marhaen oleh Bung Karno dilambangkan lewat seorang petani bernama Marhaen yang pernah ia jumpai di persawahan desa di Jawa Barat. Pak Marhen ini, walau ia memiliki alat produksi dan tanah garapan yang cukup, tapi tetap saja hidup dalam kemiskinan karena dimiskinkan oleh sistem, sebagai mana di maksud di atas.
Oleh karenanya rakyat Marhaen bisa saja terdiri dari kaum tani yang dimiskinkan, kaum nelayan yang dimiskinkan, para pengusaha kecil yang dimiskinkan, pedagang-pedagang kecil yang dimiskinkan, para pegawai kecil yang dimiskinkan, dan para guru yang dimiskinkan oleh sebuah sistem dan struktur kekuasaan......dst, semua itu bisa dikategorikan sebagai rakyat Marhaen.
17. Kalau begitu, apa yang dimaksud dengan kaum Marhaenis?
Seorang Marhaenis, tidak harus berasal dari Rakyat Marhaen semata. Dalam tingkatan kehidupan sosial ekonomi, bisa saja ia sudah berada pada tingkatan yang sangat baik dan serba kecukupan (kaya). Jadi, seorang Marhaenis adalah seseorang yang atas kesadarannya selalu berjuang membebaskan Rakyat Marhaen dari segala bentuk penghisapan, penindasan dan penjajahan, berdasarkan ajaran Bung Karno (Marhaenisme) – yang ia yakini sebagai teori/azas perjuangan rakyat Indonesia yang paling tepat dan benar.
18. Apa dan bagaimanakah jati diri seorang Marhaenis?
Seorang marhaenis dalam garis politik dia seorang Nasionalis; dalam cita-cita sosial, ia seorang sosialis; dalam cita-cita sukma dan sanubarinya ia seorang theis yang sepenuhnya percaya pada kebesaran Tuhan.
19. Apa ciri budaya yang menonjol dari kaum Marhaenis?
Semangat perjuangan untuk membebaskan rakyat dari segala bentuk penderitaan yang tak kunjung padam. Sifat cinta pada tanah air, pada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada seluruh rakyatnya – terkhusus Rakyat Marhaen. Di manapun ia berada serta dalam keadaan apapun, selalu erat dengan budaya yang berwatak kerakyatan dan jiwa gotong royong sebagai ciri utamanya.
20. Bagaimana ciri budaya berpolitik kaum Marhaenis?
Berpolitik demi kemenangan sejati Rakyat Marhaen dan Kaum Marhaenis melalui cara-cara yang demokratis yang tidak meninggalkan nurani, moral, etika dan pandangan hidup Pancasila. Politik Kaum Marhaenis adalah politik yang menentang politik menghalalkan segala cara; dan yang dengan tegas menentang pula –baik diktaktor mayoritas maupun tirani minoritas.
21. Apa ciri budaya perekonomian kaum Marhaenis?
Ciri utamanya adalah keberpihakan pada Rakyat (Marhaen). Menentang pola dan sistem perekonomian yang menghisap (ekspolitatif ) terhadap Rakyat (Marhaen); jauh dari perilaku kapitalisme serakah dan utamanya dengan spirit berdikari sebagai ciri utamanya.
Sedangkan corak perekonomiannya adalah; keluarga sebagai unit produksi terkecil, koperasi sebagai wadah usaha kecil dalam masyarakat; serta BUMN atau perusahaan negara yang bertugas mengelola kekayaan alam dan bumi milik negara, utamanya yang menguasai hajat hidup orang banyak.
22. Mengapa keteladanan menjadi sangat penting bagi kaum Marhaenis? Satunya kata dan perbuatan merupakan hal yang harus dipegang teguh oleh setiap anak-anak ideologis Bung Karno (Kaum Marhaenis ). Keteladanan harus diyakini sebagai salah satu kunci terpenting untuk mencapai kemenangan Rakyat Marhaen dan Kaum Marhaenis. Hilangnya keteladanan dapat dilihat hasilnya seperti yang kita alami sejak pemerintahan rezim Soeharto hingga sekarang.
Seorang Marhaenis juga berorientasi pada suatu peningkatan kualitas hidup dan kehidupan. Dia menjadi prototipe manusia dalam kualitas tertentu, karena itu menjadi teladan.
23. Bagaimana cara menyusun dan membangun kekuatan dari barisan Rakyat Marhaen dan Kaum Marhaenis?
Sebarluaskan ajaran Marhaenisme. Catat, dekati dan ajak mereka yang telah dianggap memadai dan atau memahami serta siap untuk bertanggungjawab untuk menjalankan seluruh teori dan pemikiran ke dalam wilayah operasional. Hal ini dilakukan berdasarkan takaran dan ukuran kemampuan.
Lakukan pertemuan-pertemuan rutin dengan tujuan melakukan kritik dan oto kritik agar konsistensi perjuangan terjaga dalam koridor ideologi Marhaenisme. Ketulusan dan kejujuran, saling asah, asih, asuh, merupakan azas kebersamaan ( gotong-royong ) yang harus selalu di bangun secara kreatif inovatif dan produktif. Selalu bersama rakyat dalam melawan berbagai kebijakan dan tindakan yang merugikan rakyat. Jauhi praktek-praktek KKN! Suarakan selalu dalam sanubari: bangkitlah rakyat marhaen dan bersatulah marhaenis Indonesia!.
24. Siapa lawan ideologi kita (kaum marhaenis)?
Meraka yang mencoba dan berusaha menggerogoti dan memusnahkan Pancasila. Mereka yang menyelewengkan dan berkhianat pada cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945; mereka yang menyelewengkan dan menghancurkan kehendak kebudayaan (natur; sifat, watak dan pembawaan) rakyat bangsa Indonesia sebagai mana tersebut dan tersirat dalam Mukadimah UUD `45. --secara ideologis adalah feodalisme, borjuisme, kapitalisme, neo-kolonialisme dan neo-imperialisme dan yang anti rakyat dan NKRI.!
25. Apa yang dimaksud dengan sosialisme Indonesia?
Pertama, kita harus memahami mengapa di belakang kata ’sosialisme’, Bung Karno sengaja menambahnya dengan kata ’Indonesia’; bukan ’sosialisme’ tok?! Yang ingin beliau pertegas adalah bahwa Sosialismenya Indonesia bukan seperti ’Sosialisme’ yang tumbuh dan berkembang di negara-negara barat maupun lainnya. Sosialisme Indonesia adalah capaian akhir perjuangan rakyat marhaen dan kaum marhaenis setelah sebelumnya mencapai tahapan keberhasilan mengkokohkan azas kehidupan berbangsa dan bernegara sepenuhnya yang bertumpu pada ’Sosio Nasionalisme’ –’Sosio Demokrasi’-’Ketuhanan yang Maha Esa’-(Trisila).
Pintu gerbang selanjutnya adalah mencapai tahapan dimana rakyat bangsa Indonesia telah sampai pada kondisi-berdaulat penuh di bidang politik, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan (Trisakti). Perjuangan tahapan ini dilakukan dengan menggunakan Marhaenisme sebagai teori atau petunjuk perjuangan maupun cara-cara kaum Marhaenis berjuang. Semantara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan ”rumah modal utama bangsa Indonesia” di mana kaum Marhaenis berkiprah dan berjuang. Sedangkan pancasila dijadikan kompas penunjuk arah kehidupan atau pandangan hidup bangsa dan seluruh bangsa dengan cara dan capaiannya semua ini maka yang harus terwujud adalah suatu masyarakat yang ’sama rasa-sama bahagia’ini digambarkan sebagai masyarakat yang ’adil makmur’. Pendek kata sebuah tatanan masyarakat di mana jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin tidak terlalu tajam dan setiap warga negara punya peluang yang sama dalam hidup dan menghidupi dan dalam memperoleh hak-hak dasar sebagai warga negara.
Secara sederhana, demikianlah gambaran dari apa itu ’sosialisme Indonesia’. Berdasarkan doktrin revolusi Indonesia (Tubapi), sosialisme dirumuskan sebagai berikut:....... ”sosialisme Indonesia bukanlah sosialisme seperti diartikan oleh negara-negara barat atau seperti diartikan oleh negara-negara sosial asing, tetapi sosialisme Indonesia berisi perpaduan yang laras dari unsur-unsur sosialisme, yaitu: keadilah sosial dan kesejahteraan, dan unsur-unsur Indonesia, seperti gambaran dalam azas: gotong-royong dan kebersamaan, yang merupakan ciri-ciri pokok dari kepribadian Indonesia.
26. Sangat sering kita mendengar istilah”sosio-nasionalisme” – ”sosio-demo-krasi” dan ”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Bagaimana menjelaskannya?
Kata ’sosio digunakan untuk menjelaskan bahwa terhadap Nasionalisme dan demokrasi dimaksudkan bahwa nasionalisme dan demokrasi Indonesia, lahir, tumbuh dan berkembang dari realitas atau kondisi nyata di tengah kehidupan maupun perjalanan sejarah perjuangan rakyat bangsa Indonesia. Bukan di-import bulat-bulat dari barat, atau menurut istilah Bung Karno bukan nasionalisme dan demokrasi yang hasil copy-an. Intinya, nasionalisme dan demokrasi yang bertujuan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, yang dapat diartikan sebagai untuk mencari keberesan politik, keberesan ekonomi, keberesan negeri dan keberesan rejeki.
27.Dari seluruh paparan ini, lalu apa sebenarnya intisari dari Marhaenisme ajaran Bung Karno?
Dalam beberapa pidatonya Ketua Umum PNBK INDONESIA Bung Erros Djarot merumuskan apa yang menjadi intisari Marhaenisme ajaran Bung Karno ke dalam tiga pilar tujuan;
pertama, ajaran tentang KEMERDEKAAN sebagai nilai tertinggi bagi seorang Soekarno. Terbukti dengan ucapannya bahwa bangsa Indonesia yang cinta damai dan perdamaian, namun lebih cinta KEMERDEKAAN! Dalam hal ini bagi siapapun penerus pemikiran Bung Karno haruslah menempatkan KEMERDEKAAN sebagai nilai (Value) tertinggi dalam hidup dan kehidupannya.
Roh, jiwa dan semangat ini berawal dan bersumber pada sebuah naskah pembelaan (pledoi) dari seorang pemuda Soekarno sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia di depan pengadilan kolonial, Bandung 1930 (Indonesia Menggugat).
Pilar Kedua, tentang apa dan bagaimana hidup MERDEKA sebagai bangsa. Muara dari bertumpu pada apa yang dikenal sebagai TRISAKTI. Menurut Bung Karno sebuah bangsa bisa dinyatakan merdeka sepenuhnya bila ia telah sepenuhnya BERDAULAT di bidang politik - BERDIKARI di bidang ekonomi dan BERKEPRIBADIAN di bidang Kebudayaan.
Pilar Ketiga, tentang keharusan MEMERDEKAKAN masyarakat-bangsa lain yang setelah kita sebagai bangsa telah cukup memahami dan menghayati Pilar Pertama dan Kedua! Hal mana dijabarkan dalam praktek menyelenggarakan KONFRENSI ASIA AFRIKA, Bandung 1955. Di mana lewat Konfrensi AA ini sejumlah bangsa di Asia dan Afrika menjadi termotivasi dan terinspirasi untuk dan menjadi bangsa dan negara merdeka.
Jadi intisarinya MARHAENISME adalah ajaran seputar memahami, menghayati dan melaksanakan 3 serangkai kata : KEMERDEKAAN-MERDEKA – MEMERDEKAKAN............ sebagai teori perjuangan mewujudkan cita-cita Sosialisme Indonesia!
28.Bagaimana PNBK INDONESIA menyikapi gerakan perempuan belakangan ini?
Perempuan adalah simbol Ibu Pertiwi. Ibu Adalah pilar utama keluarga. Dan karenanya, Ibu menjadi pula pilar budaya keluarga besar bangsa. Memperkokoh kualitas, peran dan partisipasi kaum perempuan, berarti pula memperkokoh pilar dan kualitas budaya bangsa. Setiap kader PNBK INDONESIA harus berjuang bersama kaum perempuan dalam membebaskan rakyat marhaen dalam segala bentuk keseng-saraan; berdasarkan azas kesetaraan dan kemitraan. Memperjuangkan emansipasi merupakan salah satu tugas utama dari setiap kader partai.
29. Bagaimana kita menyikapi masa depan?
Siapkan diri sebagai kader yang cerdas, percaya diri, kreatif, produktif; dan berjuanglah secara benar agar rakyat Marhaen dapat merasakan kemenangannya secara nyata jangan terjebak pada mitos : UANG SEGALANYA dan SEGALA-GALANYA UANG !
Bukan kekuatan uang ( money – politics ) yang kita jadikan modal dasar membangun partai; namun melalui pemantapan kematangan ideologi, kerapihan kerja organisasi, kejelasan program, ketulusan dan keikhlasan memperjuangkan kemenangan rakyat Marhaen dan kaum Marhaenis di bumi nusantara ini!
Jadikan seluruh partai politik yang ada sebagai “mitra politik” bukan “ musuh politik” ; kecuali terhadap mereka yang jelas-jelas mengancam eksistensi ideologi partai dan terlebih lagi ideologi Negara : PANCASILA.
Bertindaklah bersih, percaya diri, cerdas, kreatif, produktif, jadikan hal ini sebagai pegangan kerja politik kita. Jaga dan teguhkan selalu iman perjuangan ! dengan ijinNya --Insya Allah, kita pasti menang!
30. Bagaimana kita menyikapi masa depan?
Siapkan diri sebagai kader yang cerdas, percaya diri, kreatif, produktif; dan berjuanglah secara benar agar rakyat Marhaen dapat merasakan kemenangannya secara nyata jangan terjebak pada mitos : UANG SEGALANYA dan SEGALA-GALANYA UANG !
Bukan kekuatan uang ( money – politics ) yang kita jadikan modal dasar membangun partai; namun melalui pemantapan kematangan ideologi, kerapihan kerja organisasi, kejelasan program, ketulusan dan keikhlasan memperjuangkan kemenangan rakyat Marhaen dan kaum Marhaenis di bumi nusantara ini!
Jadikan seluruh partai politik yang ada sebagai “mitra politik” bukan “ musuh politik” ; kecuali terhadap mereka yang jelas-jelas mengancam eksistensi ideologi partai dan terlebih lagi ideologi Negara : PANCASILA.
Bertindaklah bersih, percaya diri, cerdas, kreatif, produktif, jadikan hal ini sebagai pegangan kerja politik kita. Jaga dan teguhkan selalu iman perjuangan ! dengan ijinNya --Insya Allah, kita pasti menang!
31. Bagaimana kita memaknai pemilu?
Jangan jadikan pemilu sebagai satu-satunya tujuan dan menjadi segalanya. Pemilu hanyalah sasaran antara. Jangan sampai gairah mengikuti pemilu menjerumuskan para kader partai kelembah nafsu kekuasaan semata. Perjuangan kita masih panjang, dan tujuan utama dari perjuangan kita adalah memberikan kemenangan sejati kepada seluruh rakyat terutama rakyat marhaen Indonesia. Kalau toh PNBK INDONESIA harus menang, karena sebagai partai politik kita PERLU kekuasaan; tapi bukan HAUS kekuasaan! Semata-mata karena tanpa kekuasaan cita-cita mewujudkan impian rakyat Marhaen menjadi sangat sulit!

Buku Tamu

 

© Copyright DPC PNBK KABUPATEN BONE 2010 -2011 | Design by Teluk Bone Powered by Blogger.com.